Mengejar Keindahan di Selatan Jepara

Siapa yang tak mengenal Jepara??? Kota kelahiran sang pejuang emansipasi wanita, R. A. Kartini tersebut juga terkenal sebagai sentra mebel yang mendunia. Jepara adalah kabupaten di daerah Jawa Tengah yang terletak didaerah pesisir pantai. Ketika memasuki Jepara, sepanjang mata memandang terhampar sana-sini tempat penjualan mebel. Tujuan akhir saya hari itu adalah  Marine Station, Universitas Diponegoro Semarang, yang terletak dikawasan Teluk Awur. Perjalanan cukup jauh jika dibandingkan ketika saya berkunjung ke pantai Kartini (salah satu objek wisata daerah Jepara) beberapa bulan lalu.  Waktu tempuh yang diperlukan kurang lebih 1,5 jam dari Semarang. Panasnya udara di penghujung pagi itu terbayar sudah dengan aroma dan belaian angin lembut khas laut.

Setelah selesai mengikuti kegiatan sehari penuh, sore hari adalah waktu yang tepat untuk memanjakan jiwa yang lelah. Waktu itu saya tinggal di asrama mahasiswa yang kebetulan terletak di bibir pantai. Setelah membersihkan diri, mengejar keindahan pantai sore hari adalah ritual yang tak terhindarkan. Langit sore itu biru cerah. Matahari yang perlahan mulai tenggelam di ufuk timur memancarakan keanggunannya. Burung-burung di tepi pantai berseliweran, mungkin sibuk  mencari jalan pulang ke sarangnya. Karya ilahi yang jarang sekali saya lihat ketika saya ada di salatiga.

Ketika mentari sudah tak lagi menampakan diri, gelap mulai menyelinap mejamah malam. Tak terdengar suara mesin motor atau mobil layaknya yang saya rasakan di Salatiga. Sebagai gantinya suara teman-teman yang sedang ngobrol di teras depan diselingi derit binatang malam beradu keras dengan ombak dan angin laut.
Pagi hari diawali dengan sayup suara adzan maghrib. Matahari muncul lagi dan merebahkan sinarnya diatas tanaman hijau yang masih mengembun. Ditengah deburan ombak dan angin laut, para nelayan berlomba memanen rejeki di pagi hari. Suasana masih lengang dan senyap di belakang asrama mahasiswa ini. Entah ini suasana setiap harinya atau tidak. Jika iya, suasana disini memeng cocok untuk merenung, menghilangkan penat dari suntuknya dunia. Nelayan-nelayan itu tersenyum menyambut pagi  yang sedikit berombak. Selain menjala, ada juga nelayan yang mempersiapkan kapal motor untuk menagkap ikan didaerah yang lebih dalam.

Hal menarik lainnya adalah kehadiran burung-burung kecil ditepi pantai. Mereka berseliweran dan terbang dengan jarak yang cukup dekat dengan saya. Sesuatu yang sudah alam tidak saya rasakan lagi nikmatnya. Mereka dengan indahnya meliuk-liuk diudara. Sesekali mereka singgah di dahan pohon atau sekedar membiarkan kaki mereka terendam air laut. Sayangnya saya tidak tahu apa jenis burung kecil nan indah ini.

Semakin sengat matahari menerpa, saatnya saya untuk meningalkan teluk indah ini. Memori yang nikmat menjadi oleh-oleh penyegar rutinitas yang kembali berulang di Salatiga nantinya. Oh, saya sudah merindukan lautan dan aromanya sebelum saya pergi. Sungguh!!!

Seorang nelayan sibuk menebarkan jala ditepi pantai, suatu pagi
Kapal motor yang sedang dipersiapkan. Lelaki itu kemudian berangsur pergi arah laut yang lebih dalam
Rembulan yang masih terpesona dengan keindahan pagi
Langit Biru teluk Awur, membangkitkan semangat pagi 🙂

 

This slideshow requires JavaScript.

Leave a comment