Prompt #18: Janji

Kulihat sosok dalam bingkai ditanganku. Matanya biru laut, kulitnya kuning langsat dengan rambut kecokelatan sebahu. Hidungnya mancung, lurus berpadu manis dengan bibir mungilnya yang merekah merah. Gadis kecil itu tersenyum begitu menawan.

“Apakah kamu melakukan apa saja untuknya?”

“Tentu saja. Adakah yang lebih membahagiakan selain melihat orang yang kamu cintai hidup dengan tenang?”

Mira, adikku hanya mengangkat bahu tak acuh lalu menghilang dibalik pintu.

***

Aku terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit. Aku berlari keluar dari kamar. Kusapukan mataku keseluruh penjuru apartement mencari dia, satu-satunya yang bisa mendiamkan Lisa. Terlihat olehku sang penenang sedang mematung di tepi jendela utara rumahku.

“Tolong jangan malam ini. Lissa sudah sudah cukup menderita ketika kau mendekapnya”

“Mana janjimu?”

 “Sebentar, keberadaan mereka kian langka. Berikan aku sedikit waktu lagi aku akan mencarinya ke kota seberang”

 “Jangan berdalih. Waktumu hanya sampai besok tengah hari. Kalau tidak kau tahu sendiri akibatnya. Ha-Ha-Ha”

 Suara jeritan Lissa senyap perlahan. Kau segera menghilang dibalik kegelapan malam meninggalkanku dengan sejuta kerisauan.

 ***

Bau pesing dan amis begitu menyengat. Seluruh lantai kamar mandiku bersimbah darah dengan Mira yang terkulai pucat disamping bak mandi. Akhirnya kupenuhi juga janjiku. Jika mencari ke kota seberang sepertinya tidak cukup waktu. Dan Mira, adik semata wayangku yang belum berkeluarga dan kebetulan masih belunm ternodau kesuciannya adalah solusi yang tepat. Seluruh harta kekayaan dan popularitasku tetap akan terpelihara. Lissa, anak perempuanku, tempat jimat keberuntunganku ditanamkan juga masih tidak jadi direngut keberadaannya. Aku tersenyum puas membalas tatapan sang penenang. Ia juga telah menepati janjinya.

248 kata

35 thoughts on “Prompt #18: Janji”

  1. jadi pesugihannya nyawa perawan atau jimat yang ditanam di tubuh Lissa? kalau tak ada perawan yg dikorbankan, apa yang akan terjadi pada Lissa? mati?

    rasanya jadi seperti nonton film 3D tanpa kacamata khususnya. akan lebih tajam jika jimatnya di tubuh Lissa. jeritan itu pertanda Lissa sedang bertugas ‘melayani’. karenanya si Bapak harus pergi, setelah dari sore sengaja menunggui dan mempersiapkan Lissa untuk melaksanakan ‘tugas’.

    yaaa misalnya begitu…

    1. ada jimat dalam tubuh Lissa. Yup, kalo gak ada perawan dia akan mati dan otomatis kekayaan sang Aku akan lenyap. Dalam imajinasi sy Lisa berteriak itu hendak di buat mati sama sang penjaga mbk 🙂

Leave a reply to Masya Cancel reply