Kita bertemu saat hujan masih sembunyi di pelipis langit
Lalu mulai bercerita tentang
Bagaimana rupa bianglala saat alam masih menyulam aku dan kau menjadi kita
Tapi matahari terlalu tegak berdiri
Angin berlarian
Menyapa kita dengan lantangnya
Ada rinai pecah di wajah
Meratapi perih kenangan yang tak bisa lagi dipugar
Pelan-pelan kita saling melepas jemari
Lalu tatap mata kemudian angan
Aku dan kamu tak pernah bisa kembali
Menjadi perihal yang disebut
Kita
Posted from WordPress for Android
Kalau ga bisa ‘kita’ bagaimana dengan ‘kami’?
kami? mgkn juga tidak
oh tidaaak…
* pura-pura kecewa