~ A Long Journey (part II)

Setelah satu minggu sudah perjalanan dijalani dan semua urusan dirumah agak longgar, akhirnya saya akan melanjutkan cerita mengenai perjalanan panjang saya ketika pulang rumah.

Senja dan sneakers merah di Juanda
Senja dan sneakers merah di Juanda

Hari itu sekitar pukul 17.00 saya tiba di bandara Juanda Surabaya. Dengan kondisi barang bawaan yang lumayan banyak, saya akhirnya mencari troli untuk menumpuk semua barang. Karena baterai telepon seluler juga sudah kedip-kedip, akhirnya saya mendorong troli yang lumayan berat itu berkeliling mencari tempat charge. Beruntunglah ada tempat charge dekat maskapai penerbangan yang nanti akan saya berangkat. Tempat colokan charger ada didekat dengan lantai membuat saya meninggalkan trolli penuh barang dihadapan saya dan dugem (duduk gembel) di samping tempat colokan. Uyeee! Awan Surabaya senja itu begitu syadu, cukup untuk menyeka keletihan yang menerpa tubuh.

Saya menanti 2 jam dibandara sebelum check-in yang dijadwalkan pukul 19.00 nanti. Memang hanya buku dan handphone lah teman baik saat itu. Tidak ada teman yang menemani disamping, kecuali sebotol lemon tea dan roti. Ya kalo yang nemani di jauh sana sih ada. :p

Saya check ini 30 menit sebelum jam 19.00, sudah bisa soalnya. Saya pikir agar bisa bersantai diruang tunggu nantinya. Tapi memang hidup selalu punya kejutan yang tak pasti sodara! Barang bawaan saya over baggage. Saya tidak pernah menyangka sebelumnya karena memang pada perjalanan sebelumnya juga tidak pernah begitu. Ya kalo dipikir-pikir mungkin begiitu seharusnya. Pada perjalanan sebelum-sebelumnya saya cuma membawa satu tas jinjing kecil dan ransel. Nah kali ini, koper gede banget sama CPU dan monitor!. Dan semua kelebihannya adalah 19 kilogram. Hore tepukin jidat!

Hal pertama yang menyerang adalah panik. Apalagi pada saat petugas di counter check-in bilang,

Mungkin 1 kilonya itu sekitar Rp. 30.000 mbak” *dengan nada kalem lagi dia ngomong*.
What? What? sejuta angka telah meninju neuron-neuron saya.
( ☆,✖)


Tapi mungkin juga harganya bisa lebih mahal mbak. Saya kurang terlalu tahu pasti”. -Mas, kegantengan kamu menurun 75% mas.-


Dengan langkah tak pasti dan hampir menangis saya berjalan ke loket pembayaran. Saya cuma punya duit tiga ratus rebo di dompet, sisanya di ATM. Tapi tetap aja duit. Kalo kehabisan dan gak cukup gimana? 

Akhirnya tiba juga saya diloket pembayaran, dan semua totalnya adalah 438.000 (sudah plus pajak). Lemes! Dan tiba-tiba backsound yang terdengar dalam ruang pikir saya, adalah lagu “polo pa kita sayang”. Aku ingin meluk kamu Won Bin!
Saya pun akhirnya lari-lari ke ATM. Ah untung saja saya check in lebih cepat kalau tidak, lucu juga kalo sudah boarding saya masih lari-lari ngurus bagasi. Hahaha.

My over baggage ticket
My over baggage ticket

Dan akhirnya saya tiba diruang tunggu. Hanya 10 menit saja saya telah tiba di dalam pesawat. Duduk nyaman dan akhirnya makan ringan. Segelas susu ultra dan dua potong roti sepertinya sudah cukup mengganti energi yang terkuras begitu hebatnya karena mikirin duit yang terbang. 

Ah, kota Surabaya kala malam memang lebih indah. Deretan lampu yang menawan terlihat. Semua kegersangan siang tertutup sudah. Itulah kenapa saya gemar terbang saat malam :). I’m fly to the next port: MAKASSAR.

Negeri di atas awan – 20 Maret 2012