Celah

“Dia itu seorang pecandu narkoba loh. Kamu masih tetap mau pacaran sama dia?”

“Cinta tidak pernah memandang siapa dia dan dari mana orang itu berasal lalu apapun yang menimpanya sekarang.”

“Tapi kamu bisa tertular dia, bisa ikut-ikutan terjerumus sebagai pengguna barang haram itu!”

“Ikan di laut dagingnya juga tak kunjung menjadi asin, padahal lingkungan tempatnya hidup berkadar garam tinggi.”

“Aku hanya takut dia berusaha melukaimu.”

“Tenanglah, aku akan baik-baik saja begitu pula Rendy.”

***

Wanita berkulit kuning langsat itu kini duduk bersila didepan beranda kamarnya. Bola matanya menyapu hamparan seluruh sudut langit yang memerah sempurna. Dibebaskannya angin lirih memainkan rambut sebahunya. Sesekali digenggam erat kalung berbandul sebuah cincin perak yang melekat dilehernya. Benda itu adalah pemberian Rendy sebelum pergi.

“Ren, apakah kamu baik-baik saja disana? Aku tak sabar untuk segera berjumpa lagi.”

Sudut matanya mulai berembun. Kali ini dia tidak berusaha menghapusnya seperti waktu sebelumnya. Ia membiarkan buliran bening itu jatuh menebarkan hangat dipipinya.

***

Melia sangat yakin cinta yang suci adalah pemenang atas segala perkara buruk yang terjadi dalam hidup ini. Selama tiga tahun dia berjuang dengan keyakinan itu agar Rendy keluar dari jerat narkoba. Dan seluruh perjuangannya dengan cara tetap tinggal disisi Rendy, lalu setiap rapal doa yang ia panjatkan akhirnya membuahkan hasil seperti yang diimpikan. Meskipun sempat berpisah selama beberapa bulan karena Rendy harus dirawat di tempat rehabilitasi, namun bagi wanita itu, perpisahan merupakan harga yang pantas untuk kembali menjumpai kekasihnya yang telah dinyatakan “bersih”.

Ia sangat bersyukur dengan kesempatan yang diberikan Tuhan untuk menemani Rendy dalam masa-masanya bergumul melewati ketergantungannya pada narkoba. Disana Mel belajar satu hal bahwa dalam situasi yang sepertinya sudah tak ada harapan, masih ada cinta yang memecah celah kegelapan untuk menguatkan tekad agar tetap berjuang menjadi lebih baik lagi.

Hari ini matahari menyinari kulit kuning langsat Melia dengan tajam. Mukanya mulai memerah dan dihiasi beberapa butir peluh. Matanya mulai digenangi air mata saat melihat sosok Rendy berjalan kearahnya. Ini bukanlah air mata kesedihan namun kebahagian karena pertemuan kembali menjadi hal yang begitu berharga untuk mereka.

banner-giveawayTulisan ini disertakan dalam TGFTD – Ryan GiveAway

5 thoughts on “Celah”

Leave a comment